LINTASJATIM.com, Blitar – Yaoma Tertibi, putra pertama dari pasangan Murni dan Sirep Sri Rahayu (Alm), membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Pria berusia 44 tahun ini baru saja menyandang gelar doktor dari UIN Tulungagung setelah melalui perjalanan panjang penuh tantangan.
Disertasinya yang berjudul “Desa dalam Paradigma Hukum: Kajian Fenomenologis Implementasi UU No. 6/2014 Terkait Upaya Desa Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” menjadi bukti komitmennya untuk berkontribusi pada pembangunan desa, terutama di daerah terpencil seperti tempat ia dibesarkan.
Yaoma, yang berasal dari keluarga sederhana di pelosok Blitar Selatan, memulai pendidikannya di SD Inpres 5 Desa Maron, kemudian melanjutkan ke MTs Nurul Huda Maron, dan MAN 1 Kota Blitar.
Sempat terhenti saat menempuh S1 di STAIN Tulungagung karena ketidakmampuan membayar SPP, ia akhirnya memulai kembali kuliah di UNISBA Blitar jurusan Hukum.
Gelar magister ia raih dari Universitas Islam Malang (UNISMA), dan kini ia berhasil meraih gelar doktor di UIN Tulungagung, kampus yang sama tempat ia pernah berhenti kuliah.
Sosok Peduli dengan Desa
Kepedulian Yaoma terhadap pembangunan desa bukanlah hal baru. Sejak lama, ia aktif membina desa melalui lembaga Pusdik Demas, yang bergerak dalam pendampingan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, desa adalah ujung tombak pembangunan nasional.
“Desa itu banyak potensi, tapi juga banyak masalah. Secara umum, potensinya lebih besar, terutama dalam hal ekonomi. Kesejahteraan masyarakat Indonesia diukur dari bagaimana masyarakat desa bisa sejahtera,” ujarnya.
Dalam disertasinya, Yaoma suami dari Ike Yuvanti dan ayah dari Isa Ansori Tartibi memaparkan temuan-temuan penting terkait pengelolaan desa, mulai dari penganggaran, peningkatan SDM, hingga peran masyarakat.
Salah satu temuan utamanya adalah pentingnya penyaluran dana desa yang tepat sasaran.
“Anggaran harus berbasis kebutuhan masyarakat, bukan sekadar program yang dibuat pemerintah. Masyarakat harus dilibatkan dalam menentukan apa yang mereka butuhkan,” tegasnya.
Aktivis dan Praktisi Hukum yang Peduli
Selain sebagai akademisi, Yaoma juga dikenal sebagai sosok aktivis yang gigih. Ia aktif di berbagai organisasi, mulai dari Pramuka tingkat Kwarcab Blitar, Ikatan Pelajar NU Kabupaten Blitar, Gerakan Pemuda Ansor Blitar, Lembaga Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LBHNU) Jawa Timur hingga dipercaya sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia Blitar.
Pengalamannya sebagai advokat juga membuatnya banyak terlibat dalam membela warga yang menghadapi masalah hukum.
Kini, Yaoma menjabat sebagai Wakil Rektor II di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar. Ia berharap, perjalanannya bisa menjadi inspirasi bagi keluarga dan mahasiswa lainnya.
“Keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih cita-cita. Saya berharap masyarakat bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik, menempuh pendidikan tinggi tanpa harus mahal, seperti yang ditawarkan UIN Tulungagung,” ujarnya.
Harapan untuk Masa Depan Desa
Yaoma berharap, temuan-temuan dalam disertasinya dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan stakeholders lainnya dalam membangun desa yang lebih sejahtera.
“Desa harus menjadi prioritas. Jika desa maju, maka Indonesia juga akan maju,” pungkasnya.
Perjalanan Yaoma Tertibi dari anak guru ngaji di pelosok Blitar Selatan hingga meraih gelar doktor adalah bukti nyata bahwa kerja keras dan ketekunan bisa mengantarkan seseorang meraih mimpi, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Pengesahan kelulusan ujian terbuka dengan nilai sangat memuaskan ini dibacakan oleh ketua sidang disertasi, Prof. Dr. H. Abd Aziz, M.Pd.I., bersama delapan penguji lainnya:
- Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag.
- Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA.
- Prof. Dr. Iffatin Nur, M.Ag.
- Prof. Dr. H. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag.
- Prof. Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag.
- Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I.
- Prof. Dr. H. Kojin, M.A.
- Dr. H. Asmawi, M.Ag.