LINTASJATIM.com, Semarang – Pandemi virus Corona (Covid-19) turut berdampak terhadap tradisi saat bulan Syawal di Kota Semarang. Yakni berupa Kupat (Ketupat) Sayur atau yang lebih dikenal dengan Kupat Jembut atau Ketupat Sumpel.
Tradisi itu biasa digelar usai salat Subuh dengan cara membagikan ketupat dengan isian sayur atau taoge kepada anak-anak di kampung. Selain itu anak-anak yang berebut juga diberi uang dari rumah ke rumah.
Di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan Tengah, Kota Semarang, biasanya saat tradisi Kupat Jembut anak-anak sudah berkumpul dengan membawa kresek untuk menghampiri warga yang keluar rumah membawa ketupat dan uang.
Namun suasana berbeda terasa, kali ini diisi doa bersama di masjid dan makan bersama oleh beberapa orang. Namun anak-anak tetap datang dan menyalakan kembang api dan petasan.
“Ini ditiadakan, karena situasi Corona. Diganti doa sama makan bersama ketupat sayur opor. Sama menyalakan kembang api,” kata salah satu warga Jaten Cilik, Rujito, Minggu (31/5/2020).
Berbeda di RT 1 dan 2 RW 1 Pedurungan Tengah. Tradisi tetap dilakukan namun tidak berebut. Anak-anak yang semuanya memakai masker itu mendatangi satu-satu rumah warga yang sudah siap memberikan ketupat atau uang.
“Anak-anak bawa tas kresek, bawa ketupat, pergi rumah ke rumah. Yang tidak sempat menyiapkan ketupat ya fitrah,” kata ketua RW setempat, Wasi Darono.
Kupat Jembut tersebut memiliki filosofi kesederhanaan yaitu memakan ketupat dengan isian apa adanya. Namun ada beberapa versi sejarahnya, misal di Jaten Cilik dimulai sejak perang dunia dan diawali oleh pengungsi.
Kemudian di RW 1 Pedurungan Tengah diawali oleh warga pada zaman dahulu yang kehilangan putranya dan memperingati dengan membuat Kupat Sumpel saat Syawalan.
“Dulu nenek moyang kalau ada putranya meninggal dunia tiap lebaran ketupat bikin tradisi seperti ini. Jadi sedekah ketupat,” ujar Wasi.
Di tengah bagi-bagi ketupat dan uang itu, warga yang memberi juga menyelipkan doa agar Indonesia segera terbebas dari virus Corona.
Source: detik.com, Lihat Artikel Asli