Dilanda Corona, Gimana Respon Pahlawan Kita?

Gambar Ilustrasi

Oleh
Adhie Handika R.D.*

“Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”.

Bacaan Lainnya

Kata-kata presiden pertama kita Ir. soekarno yang masih melekat dalam sanubari kita sampai saat ini dan seakan-akan menjadi tahu bahwa presiden pertama kita itu mengetahui hal-hal yang akan datang di bangsa kita indonesia.

Puasa di tengah pandemi yang membuat kita terfokus pada berita-beritanya dan kasus barunya yang bermunculan telah mengalihkan kita pada pandangan yang lain. Kita dibuat tak berdaya akan adanya virus yang terus merebak ini.

Dari waktu ke waktu wacana yang ada ialah pandemi, ditambah lagi struktur pemerintahan mengintruksiskan kepada kita untuk menaati atutan protokoler yang berlaku agar pandemi ini segera berlalu. Masayarakat selalu siap sedia dan sigap jika ini mengancam kenyamanan dan ketentraman bangsa kita indonesia.

Kembali lagi, dalam menumbuhkan rasa nasionalisme. Tidak diragukan lagi kalau di dalam medsos gambar-gambar pamflet yang selalu bergentayangan di dunia maya begitu banyak bertebaran, namun dalam prakteknya atau tindakan lapangannya sangat minim, tidak seperti bertebarannya di medsos.

Tokoh-tokoh pahlwan dihadirkan di medsos sebagai bentuk pengingat, ya memang ini ada nilai edukasi dalam membangun kembali jiwa nasionalisme. Memang pahlawan tidak menginginkan pamrih untuk diperingati apa lagi gila gelar seorang Pahlawan. Mereka rela memperjuangkan tanah air ini betul-betul tumpah darah demi suatu kemerdekaan. Mereka rela mati-matian demi anak cucunya yang memperoleh kebahagiaan. Itulah sosok pahlawan.

Seorang manusia yang baik dan memiliki hati yang jernih serta perasaan yang dalam, pasti tumbuh rasa untuk balas budi kepada para pahlawan yang telah berjuang. Menjadi kewajiban bagi kita sebagai cucu yang memperoleh kebahagiaan untuk memperingati dan menghormati jasa-jasa mereka yang telah gugur.

Kita sebagai cucu yang disebutkan di atas seyogyanya mengirimkan doa-doa yang terbaik untuk beliau-beliau. Itu minimal, dan setelah itu setidaknya kita kenal mereka. Nah, metode untuk mengenal mereka ini yang mungkin jarang teredukasi. Mungkin peringatan hari pahlawan itu sudah biasa. Tetapi siapa pahlawan-pahlawan itu kita belum bisa membumikan kepada khalayak atau publik, dari anak-anak sampai dewasa kini.

Salah satu contoh yang memprihatinkan, ketika melihat para pedagang yang mejual poster-poster para pahlwan nasioal, seperti Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Cut Nyak Dien, dan lainnya dengan toko yang sederhana bahkan asongan dipinggir jalan. Betapa mengenaskannya nasib pahlawan itu di taruh di lapakan yang sangat bedebu dan sepi, tidak seperti gelar mereka sebagai seorang Pahlawan. Ini salah siapa ? Generasi macam apa kita ini? Bangsa yang tidak mau memuliakan mereka.

Secara simbolik ini ialah bentul pelecehan atau penghinaan sebuah bangsa kepada para pahlwan yang tidak mau merumat atau memperhatikan mereka. Coba bandingkan dengan para swalayan, mall-mall, toko-toko besar yang menjual kehedonisan malah diutamakan dengan kelayakan fasilitas sarana prasarana. Sedangkan para penjual poster pahlawan ini terabaikan, kumuh dan usang.

Konsepsi nalar dan pandangan yang terbalik membuat dunia juga terbalik, durhaka yang tidak dirasa seakan kita para Cucu yang diperjuangkan seenaknya sendiri dan merasa paling benar. Jika saja mereka para pahlawan masih hidup, dengan nalar, cara pandang, polah dan tingkah kita yang terbalik sedemikian, mereka sembari berkata “rasakan bencana ini, rasakan cucuku!” Itu layak bukan?

Identitas Penulis
*Penulis adalah mahasiswa IAIN Ponorogo. Pernah nyantri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak dan Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien. Saat ini menjadi Wakil ketua Organisasi LESBUMI di Ponorogo. Dan juga pernah aktif di PMII.

_____________________

**Kolom merupakan Rubrik Opini Lintasjatim.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.

Pos terkait