Harlah PKB: Digitalisasi Partai dan Aksi Sosial

M. Ali Anwar, Sekretaris DPC PKB Nganjuk
M. Ali Anwar, Sekretaris DPC PKB Nganjuk

Oleh
M. Ali Anwar*

Hari ini, 23 Juli 2020, hari lahir Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke 22.

Bacaan Lainnya

Partai yang kelahirannya dibidani oleh Nahdlatul Ulama (NU), para kiai, dan para santri se-nusantara, dan melalui proses yang sangat panjang, dengan spririt reformasi, maka lahirlah partai tersebut.

Partai yang dipimpin Gus AMI, sampai hari ini masih berdiri kokoh dan tetap eksis. Walaupun sempat dilanda konflik dualisme kepengurusan dan sempat merosot hasil perolehan pemilu pada tahun 2009.

Namun dalam perjalanannya, pasca konflik, PKB pelan tapi pasti, merangkak naik menuju penguatan diri. Terbukti di pemilu 2014 perolehan kursi PKB naik dibanding pemilu 2009. Begitu pula dengan pemilu 2019. Terus mengalami kenaikan. Bahkan di DPR RI perolehan kursi pemilu 2019 adalah peroleh kursi terbanyak sejak pendirian PKB.

Artinya PKB pasca konflik perlahan semakin mengkokohkan diri kembali dari pemilu ke pemilu. Saya melihat disebabkan kerja keras, kerja serius, dan kerja kreatif yang dijalankan oleh para pengurus partai.

Saat ini, adalah era digital. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua mengalami proses perubahan cepat di semua lini kehidupan. Termasuk ranah politik di negara kita.

Maka, partai politik juga harus mengikuti perubahan tersebut. Partai politik mau tidak mau harus memanfaatkan dan menumpukan diri pada digitalisasi.

Digitalisasi adalah kebutuhan primer dalam pengembangan partai. Partai politik harus mengambil digital sebagai media pengembangan dan penguatan diri.

Dengan digitalisasi, partai akan mempercepat proses gerakan secara efektif dan efisien untuk melakukan sosialisasi program-program strategis.

Dalam laporan “Digital Around The World 2019”, terungkap bahwa dari total 268,2 juta penduduk di Indonesia, 150 juta di antaranya telah menggunakan media sosial. Artinya separo lebih penduduk Indonesia telah melek medsos.

Jika partai politik tidak memanfaatkan medsos sebagai media sosialisasi, berarti partai politik tidak akan bersinggungan atau menjangkau dengan jumlah besar penduduk yang sudah melek medsos tersebut.

Dengan demikian, hukum untuk menggunakan media sosial di era digital bagi partai politik adalah adalah “wajib ain”. Bukan sunah lagi.

PKB hari ini, saya melihat sudah memanfaatkan media sosial secara baik disemua tingkatan. Baik personal pengurus maupun kelembagaan. Dengan jenis Facebook, intrgam, Twitter, Blog, Web, YouTube, dan sebagainya. Saya melihat semuanya telah aktif memanfaatkannya.

Saya menyebut PKB adalah partai yang sudah akrab dengan digital. Mungkin yang menjadi catatan adalah, bagaimana media sosial yang sudah dimiliki bisa lebih dioptimalkan dan dimasifkan penggunaannya. Menuju penggunaan yang lebih efektif dan efisien sebagai media yang untuk sosialisasi dan pengkokohan diri partai di era digital.

Di samping digitalisasi partai, di Harlah ke 22 PKB mengangkat tagline aksi melayani Indonesia. PKB lebih mengedepankan kerja-kerja kongkrit di tengah kondisi wabah yang belum reda.

Aksi yang telah dikerjakan PKB adalah antara lain memberikan bantuan sosial kepada para guru ngaji yang tersebar di nusantara. Bantuan berbentuk sembako maupun berbentuk uang tunai.

Mengapa guru ngaji? Mereka adalah para pengabdi yang tidak kenal lelah dan tetap semangat walaupun sering luput dari perhatian pemerintah. Mereka mengabdi tidak memiliki orientasi material, tapi berorientasi berharap mendapat pahala. Sehingga mereka yang luput dari perhatian pemerintah harus menjadi fokus perhatian kepedulian PKB.

Selain itu, masih banyak kegiatan lain yang terkait dengan pencegatan Covid 19. Baik kampanye memakai dan bantuan masker, penyemprotan disinpektan ke tempat ibadah dan tempat umum, juga gerakan kampanye ketahanan pangan di masa pandemi.

Semua kegiatan-kegiatan tersebut sebagai bentuk aksi melayani Indonesia. Aksi membantu meringankan beban dari kondisi yang memprihatinkan saat ini.

Gerakan aksi penduli Indonesia harus terus dilaksanakan. Pandemi rasanya masih lama. Tapi mudah-mudahan tidak demikian. Bahkan jika kondisi sudah pulihpun, PKB harus tetap menjadikan gerakan aksi melayani Indonesia sebagai ruh gerakan kepedulian bagi PKB. Dengan demikian keberadaan PKB akan terus bisa memberikan manfaat dan kontribusi sebesar-besarnya untuk terus-menerus peduli terhadap sesama.

Selamat Harlah ke 22 PKB. Semoga semakin kokoh, semakin peduli, semakin memberi manfaat sebesar-besarnya, dan terus mampu beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Sehingga eksistensi terus terjaga sebagai alat politik Nahdlatul Ulama (NU).

Untuk para pendiri (deklarator) PKB yang sudah mendahului, Gus Dur, Kiai Muchith, Kiai Munasir, Kiai Ilyas, dan yang masih sugeng Gus Mus, juga para pendahulu pejuang PKB, para pengurus di semua tingkat, dan semuanya, Al-fatihah….!

Identitas Penulis
*Penulis adalah Sekretaris DPC PKB Nganjuk.

_____________________

**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.

Pos terkait