Oleh
Amidatus Sholihat Jamil*
Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd*
Gegap gempita perkembangan teknologi berimplikasi pada lahirnya budaya kerja digital sarat teknologi namun minim interaksi. Jika dalam budaya kerja tradisional kita butuh kantor, absensi, fasilitas kerja standar, serta interaksi humanis antar personal, maka pada era digital relasi demikian sangat jauh berkurang, untuk tidak mengatakan hilang. Dengan teknologi informasi pekerjaan kini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Dengan demikian, pendidikan kejuruan dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai tantangan yang makin berat dan perubahan yang teramat cepat. Karakteristik output pendidikan kejuruan diharapkan mampu memenuhi tuntutan perubahan karakteristik dunia kerja di atas, antara lain: 1) memiliki kecakapan kejuruan profesional, 2) memiliki kecakapan berpikir, berolah rasa serta komitmen pada moralitas, 3) memiliki kemampuan berinovasi dan kreatifitas, serta 4) memiliki kecepatan dan ketepatan dalam pemecahan masalah kehidupan nyata.
Problematika kehidupan yang berkembang dengan bergitu cepat, harus dituntaskan melalui penyiapan SDM yang ready to use. Maka, mereformulasi pendidikan menjadi sebuah keniscayaan. Kenapa demikian?
Pertanyaan yang mengemuka adalah, sudahkah kurikulum dan pembelajaran dalam pendidikan kejuruan saat ini relevan dan antisipatif terhadap kebutuhan tenaga kerja masa depan.
Pertanyaan teoritis-spesifik lanjutan adalah: seberapa relevan desain kurikulum, bagaimana kualitas pembelajaran dalam menghasilkan SDM masa depan, dan apakah pendidikan vokasional saat ini sudah terbuka (open to all) terhadap semua lapisan masyarakat sehingga mampu meyakinkan publik bahwa lulusan yang dihasilkan sekolah kejuruan benar-benar memenuhi tuntutan tersebut?