Ini menunjukkan kemungkinan terjadinya paradoks atau korelasi negatif antara belief dan struktur sosial. Sesuatu yang menggugurkan teori Max Weber yang mengatakan adanya korelasi positif antara keduanya. Tercapainya posisi tinggi oleh wanita dengan demikian lebih bersifat alamiah dan individual bukan constructed by system.
Menilik peran wanita Arab dalam kancah politik modern menunjukkan grafik yang pasang surut. Meski belum nampak ada yang sukses dalam menduduki kursi politik, namun di antara mereka sebagai jurnalis ada yang memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Dialah Tawakkol Karman adalah wanita Arab pertama yang mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. Keberaniannya memperjuangkan nasib rakyat Yaman pada masa Revolusi Arab, 2011 menjadikannya layak menerima penghargaan tersebut.
Posisi politik strategis seringkali berkaitan dengan stabilitas politik negara. Dalam kondisi transisi dari satu era ke era yang lain atau era revolusi, peluang wanita menduduki posisi itu sangat kecil. Mesir mencatat grafik terendah kesetaraan gender pada era Revolusi Arab yang berhasil menjatuhkan Presiden Husni Mubarak di 2011. Gonjang-ganjing politik memaksa wanita untuk tidak terlibat dalam situasi yang rawan kekerasan.
Sebaliknya Arab Saudi yang sering dinilai diskriminatif terhadap perempuan, di era Muhammad b. Salman mendapat nilai naik karena pemberian keterbukaan ruang publik bagi kaum wanita. Stabilitas politik Arab Saudi dan visi perubahan yang kuat di bawah kepemimpinan baru menjadikan konservatifisme Saudi yang ultra bergeser ke moderat.
Masalah gender dengan demikian membutuhkan iklim politik yang kondusif untuk mencapainya. Keberpihakan dan aturan pro gender saja tidak cukup untuk mewujudkannya. Indonesia yang telah memiliki dua srikandi yang mampu menginspirasi dunia Islam adalah sebuah kebanggaan besar.
Ternyata selain banyak mengirim tenaga kerja wanita (TKW) sebagai pembantu rumah tangga di negara Arab, Indonesia juga memiliki Risma dan Sri Mulyani yang diundang untuk menginspirasi kaum wanita di sana dalam pembangunan bangsa dan negara. Bravo duo Srikandi kita!
*Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya