Sementara di Inggris yang bersistem kerajaan, sebuah sistem yang umumnya condong ke patriarki, dari 1952 hingga kini dipimpin oleh seorang ratu. Antara 1979-1990, Inggris juga dipimpin oleh Perdana Menteri wanita, Margareth Thatcher. Naiknya wanita ke puncak kekuasaan lebih sebagai proses alamiah dan bukan constructed by system.
Dalam sejarah pra-Islam atau sering disebut dengan Era Jahiliyyah, anomali serupa muncul. Banyak literatur menyebutkan, bahwa martabat wanita berada pada titik terendah saat itu. Mereka tidak memiliki hak waris dan oleh orang tuanya ‘dijual’ kepada lelaki yang menginginkannya. Bayi perempuan bahkan dibunuh hidup-hidup oleh sang ayah karena malu memiliki anak perempuan seperti yang pernah dilakukan oleh Umar b. Khattab sebelum masuk Islam.
Dalam kondisi separah itu, tenyata tidak menutup kemungkinan munculnya wanita hebat yang menguasai sepertiga perekonomian kita Makkah. Dia Khadijah bt. Khuwailid yang kelak melamar dan menjadi istri Rasulullah Muhammad. Sungguh fakta sosial bukanlah sesuatu yang sederhana.
Keyakinan agama yang sering dijadikan alasan ketidakadilan gender juga tidak selalu relevan. Arab Jahiliyyah terkenal sebagai penyembah berhala. Yang menarik, ternyata tiga berhala terbesar: Latta, Uzza dan Manat, adalah berhala perempuan, Kata Muhammad Sayyid Tantawi dalam Tafsir al-Waseet. Latta adalah bentuk wanita dari Allah (tuhan). Uzza adalah bentuk wanita dari ‘Izz, salah satu sifat Tuhan yang maha perkasa.
Jenis kelamin perempuan untuk berhala yang paling dipuja, seharusnya membentuk memori yang respek terhadap perempuan, tapi kenyataannya terbalik, wanita sangat direndahkan saat itu hingga lebih baik membunuhnya hidup-hidup daripada membiarkannya bertahan.