Kapitalisme seumpama, terbuka mengambil sesuatu yang positif dari Sosialisme atau sebaliknya. Pergeseran ideologis ini terjadi tanpa mengurangi identitas ideologi masing-masing. Seperti tatkala Amerika yang kapitalis di era Obama memberikan subsidi kesehatan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki asuransi kesehatan.
Hal ini sesungguhnya bertentangan dengan tradisi kapitalisme yang menghindari intervensi pemerintah dalam hal tersebut. Selain itu praktek adopsi dari lawan ideologi juga terjadi. Negara komunis Cina yang seharusnya anti free market dan tidak mendukung berkembangnya bisnis Swasta, ternyata sekarang justru sebaliknya berkembang pesat sebagai penguasa pasar bebas dan melahirkan orang terkaya di Asia, Jack Ma, pengusaha retail online Alibaba.
Pergeseran sedikit ke kanan dan sedikit ke kiri sulit dihindari demi menjawab tuntutan zaman meski pergeseran itu tidak selalu sukses. Mikhael Gorbachev, pemimpin Uni Soyet 1985-1991, mencanangkan keterbukaan (Glasnost) dan restrukturisasi (Perestroika) namun gagal dan mengakibatkan runtuhnya Republik Sosialis Uni Sovyet pada 1991.
Walhasil, apa yang menjadi pertanyaan besar tentang wujud kongkrit Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia, bisa dimaklumi adanya. Krisis identitas perlu dicari solusinya demi kebaikan bangsa dan negara. Terkait aspirasi Islam yang dahulu di era Soekarno diperjuangkan hidup-mati, maka nampak ada harapan baik tentang bagaimana Pancasila mampu mengakomodasi aspirasi itu kini.
Naiknya KH. Ma’ruf Amin mantan ketua Majelis Ulama Indonesia sebagai wakil presiden menjadikan banyak aspirasi umat Islam yang naik menjadi program pemerintah. Wapres menginginkan agar Indonesia menjadi produsen produk halal terbesar di dunia, bisnis dan perbankan syariah RI bakal digenjot hingga 2024, Mandalika akan menjadi wisata halal terbesar di dunia, kewajiban sertifikasi halal bagi semua produk, sejuta santri menjadi pengusaha, akses bagi wanita berjilbab di kepolisian dan tentara dan program pengembangan sumberdaya umat lainnya.
Dengan masuknya banyak program keumatan ke dalam program pemerintah, maka realisasi Pancasila sebagai ideologi yang bersilakan pertama pada Ketuhanan yang Maha Esa telah terwujud dengan segala kekurangannya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa meski partai Islam kehilangan suara dibandingkan pemilu pertama, 1955, namun aspirasi umat banyak terwujud saat ini. Suatu hal yang menarik tentunya.
*Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya