Bahtsul Masa’il PCNU Tulungagung Jawab Persoalan Sholat dengan Duduk

Bahstul Masa'il LBM NU Tulungagung bahas sholat dengan duduk. (Foto: NOJ/Istimewa)
Bahstul Masa'il LBM NU Tulungagung bahas sholat dengan duduk. (Foto: NOJ/Istimewa)

LINTASJATIM.com, Tulungagung – Beberapa waktu lalu, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tulungagung sukses menghelat bahstul masa’il. Pembahasannya menjawab persoalan praktik sholat dengan duduk.

Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il PCNU Tulungagung, KH M. Syafi’ memaparkan masalah (taqrir al-masail) terkait kondisi-kondisi yang membolehkan sholat dengan duduk. Hasil ini diperoleh melalui proses bahtsul (diskusi) untuk merujuk pada kitab-kitab fikih mu’tabarah.

Bacaan Lainnya

Dari bahtsul masail tersebut, forum menyepakati sejumlah kesimpulan (jawaban) hukum. Apabila ada orang mampu berdiri tetapi ketika shalat dengan berdiri dia tidak bisa melakukan sujud dan rukuk, maka boleh shalat sambil duduk agar bisa melakukan rukuk dan sujud dengan sempurna.

“Kita wajib mengingatkan orang yang sholat dengan duduk di atas kursi dan ia masih mampu rukuk dan sujud. Dia harus rukuk dan sujud dengan sempurna, tidak boleh sekedar isyaroh saja,” ujar KH M. Syafi’i diterima pewarta, Minggu (5/10/2025).

Beliau menambahkan, batasan seseorang boleh duduk di atas kursi dalam sholat fardu adalah apabila dia berdiri terdapat masyaqqoh atau merasa berat. Sehingga bisa mengganggu atau menghilangkan rasa khusyuk ketika shalat dengan berdiri.

Kiai Syafi’i mengaku kegiatan bahtsul masa’il ini mendatang akan diselenggarakan di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Kabupaten Tulungagung. Yang mana menjadi bagian dari rangkaian memperingati Hari Santri Nasional 2025.

“Undangan Bahtsul Masa’il kami sampaikan setiap sabtu wage, waktu pertemuan forum nahdliyyin. Kami sampaikan kepada pengurus MWC untuk disebarkan diwilayahnya masing-masing karena di setiap MWC tentunya ada pengurus LBMnya,” bebernya.

Dikatakannya, bahwa harus tetap istiqamah dan semangat berkhidmah kepada NU bagi seluruh peserta dan warga nahdliyin.

“Bagaimanapun juga kita semuanya ini berkhidmah kepada NU dengan harapan bisa diakui sebagai santrinya Mbah KH Hasyim Asy’ari, Amiin, ya robbal ‘alamiin,” ungkapnya.

Beliau menaruh harapan besar kedepannya semakin semarak peserta Bahstul Masa’il untuk membahas problematika umat. Karena dari hari ke hari persoalan di tengah masyarakat semakin kompleks.

“Mohon do’a restunya semoga nanti di tanggal 21 Oktober pas bertepatan hari santri nanti bahtsul masail yang akan dilaksanakan bisa lebih semarak bisa lebih ramai lagi,” pungkasnya.

Pos terkait