Pesan Penting Pembina dan Alumni di Retreat PC IPNU-IPPNU Sidoarjo

Retreat PC IPNU-IPPNU Sidoarjo.
Retreat PC IPNU-IPPNU Sidoarjo.

LINTASJATIM.com, Pasuruan – Forum diskusi bersama pembina menjadi salah satu rangkaian utama dalam kegiatan Retreat Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sidoarjo yang digelar di Balai Diklat Amanu, Pasuruan, Sabtu (23/8/2025) sampai Ahad (24/8/2025).

Diskusi tersebut menghadirkan pandangan reflektif dari para pembina dan alumni lintas generasi. Mereka membahas perjalanan organisasi, tantangan generasi pelajar, hingga pentingnya mengarahkan gerak agar tidak mengulang kesalahan di masa lalu.

Bacaan Lainnya

Tampak hadir sejumlah tokoh, di antaranya Gus Sirojul Chakim (Alumni IPNU Sidoarjo 2014–2016), Fahrizal Muafi (Ketua PC IPNU 2014–2016), Choirul Mu’minin (Ketua PC IPNU 2012–2014), M. Abidul Murshid (Ketua PC IPNU 2018–2021), Muhammad Hisyam Rohman (Wakil Ketua II Kaderisasi 2018–2021), Avif Fawaid (Ketua PC IPNU 2023–2025), serta Miftahul Munadiyah (Ketua PC IPPNU 2023–2025).

Ketua PC IPNU Sidoarjo periode 2012–2014, Choirul Mu’minin atau Pak Choy, menekankan pentingnya setiap periode memiliki ciri khas atau branding tersendiri.

“Tiap periode harus punya branding. Misalnya di jamannya Mas Avif dengan orkestra, Mas Muwafi dengan MDWT, atau Mas Abid dengan rock n roll, mengaswajakan kafe dan mencafékan Aswaja. Itu bentuk kreativitas dalam membumikan organisasi,” jelasnya.

Pak Choy, yang kini menjabat Ketua PC GP Ansor Sidoarjo, juga mengingatkan agar program organisasi tidak hanya menjawab kebutuhan hari ini, tetapi juga kebutuhan kader sepuluh tahun mendatang.


“Yang sulit di organisasi bukan mencari anggota atau dana, tetapi bagaimana mengelola konflik dan emosi antaranggota. Itu tantangan terbesarnya,” tegasnya.

Ketua PC IPNU 2014–2016, Fahrizal Muafi, berbagi pengalaman tentang pentingnya menjaga kekompakan.

“Ada dua pesan penting, yaitu rukun dan istiqomah. Kalau hanya rukun tanpa istiqomah, organisasi akan retak di tengah jalan,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengalaman berorganisasi di IPNU-IPPNU adalah ruang belajar yang berharga sebelum masuk ke Ansor.

“Waktu saya dulu, kami sukses mengadakan festival band pra-konferensi yang merangkul komunitas punk dan metal. Kuncinya, buat program relevan dengan anak zaman sekarang. Alumni dan pembina insyaAllah selalu siap membantu,” ungkap Sekretaris PC GP Ansor Sidoarjo itu.

Alumni IPNU Sidoarjo periode 2014–2016, Gus Sirojul Chakim atau Gus Hakim, menilai tema ‘Tuntaskan Saja’ sangat tepat bagi kader saat ini.

“Jangan berhenti belajar. Jangan hanya menunggu dihubungi ketua, tapi aktiflah menghubungi. Konsisten dengan jobdesk adalah kunci. Organisasi ini tempat kita dipaksa dewasa. Jangan pakai hati, tapi pakai rasio. Jangan baperan, yang paling penting adalah berkhidmat,” pesannya.

Ia menegaskan bahwa perbedaan dengan pimpinan adalah hal wajar.

“Tidak cocok dengan ketua itu biasa. Yang penting lanjutkan khidmah, termasuk nanti di Ansor. Jangan bernafas pendek, tetapi panjang dalam berjuang,” tegasnya.

Ketua PC IPPNU Sidoarjo 2023–2025, Miftahul Munadiyah, menyoroti dinamika relasi antara IPNU dan IPPNU. Menurutnya, perbedaan karakter justru bisa menjadi kekuatan.

“Ketua IPNU biasanya lebih idealis, sementara ketua IPPNU berperan menyeimbangkan agar program berjalan. Perbedaan pendapat pasti ada, tapi tugas kita adalah merangkul semua pihak,” ungkapnya.

Mumun, sapaan akrabnya, juga berbagi pengalaman menghadapi tantangan organisasi.

“Sakit itu banyak, sedih juga banyak. Tapi yang penting bagaimana kita bertahan dan menikmati perjalanan ini. Itu yang membuat kita semakin kuat,” tuturnya.

Pos terkait