LINTASJATIM.com – Seiring bergantinya waktu, umat Muslim di seluruh dunia menyambut salah satu periode paling mulia dalam kalender Islam, yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Bulan ini bukan hanya menandai datangnya Hari Raya Idul Adha dan puncak ibadah haji, namun juga menyimpan sejarah panjang dan keutamaan yang luar biasa, khususnya bagi mereka yang memilih untuk memperbanyak ibadah, termasuk berpuasa.
Jejak Sejarah yang Diberkahi
Keutamaan 10 hari awal Dzulhijjah bukanlah tanpa dasar. Sejarah mencatat bahwa periode ini telah diistimewakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak amal saleh di hari-hari ini.
Bahkan, Al-Quran sendiri mengisyaratkan keagungan sepuluh malam ini dalam Surah Al-Fajr ayat 2, “Dan demi malam yang sepuluh.” Para mufassir menafsirkan bahwa “malam yang sepuluh” ini merujuk pada sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah.
Periode ini juga menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti selesainya pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, serta peristiwa kurban yang agung.
Hal ini semakin menegaskan posisi istimewa 10 hari awal Dzulhijjah dalam benak dan praktik ibadah umat Muslim.
Puasa di Hari-hari Penuh Berkah: Sebuah Keutamaan yang Tak Terhingga
Dari sekian banyak amal shaleh yang dapat dilakukan di 10 hari awal Dzulhijjah, puasa memiliki tempat yang sangat istimewa. Meskipun puasa di hari Arafah (9 Dzulhijjah) adalah yang paling ditekankan dengan janji penghapusan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, puasa di hari-hari sebelumnya juga memiliki keutamaan yang agung.
Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini (yaitu 10 hari awal Dzulhijjah).”
Para ulama menjelaskan bahwa ini mencakup segala bentuk amal, termasuk puasa sunnah. Berpuasa di hari-hari ini diibaratkan seperti puasa setahun penuh, dan setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya.
Bagi mereka yang berpuasa di hari-hari awal Dzulhijjah, ada rasa kedekatan yang mendalam dengan Allah SWT. Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga melatih kesabaran, meningkatkan ketaqwaan, dan membersihkan jiwa dari segala kotoran.
Ini adalah kesempatan emas untuk bertaubat, memohon ampunan, dan memperbanyak doa, sebelum datangnya hari raya yang penuh kebahagiaan.
Menyambut Keberkahan dengan Hati yang Lapang
Menjelang 10 hari awal Dzulhijjah, mari kita persiapkan diri untuk meraih keberkahan yang melimpah. Bukan hanya dengan berpuasa, tetapi juga dengan memperbanyak zikir, membaca Al-Quran, bersedekah, dan melakukan kebaikan lainnya.
Mari jadikan periode ini sebagai momentum untuk merefleksikan diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dengan memahami sejarah dan keutamaan yang terkandung di dalamnya, semoga kita semua dapat mengoptimalkan 10 hari awal Dzulhijjah dengan sebaik-baiknya, meraih ridha Allah, dan menjadi pribadi yang lebih bertaqwa.