LINTASJATIM.com – Di tengah hiruk pikuk persiapan Hari Raya Iduladha yang sebentar lagi tiba, sebuah tradisi mulia kembali menjadi sorotan: ibadah kurban. Lebih dari sekadar menyembelih hewan ternak, kurban menyimpan sejarah panjang dan makna mendalam yang mampu menggetarkan hati setiap insan yang merenunginya.
Mari sejenak menelusuri jejak waktu, memahami bagaimana kurban menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual umat manusia.
Kisah Nabi Ibrahim: Titik Balik Ketaatan Tak Tergoyahkan
Jauh sebelum syariat Islam datang, akar kurban sudah tertanam kuat dalam narasi kenabian. Kisah paling fundamental yang menjadi fondasi kurban adalah pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
Al-Qur’an dan kitab suci lainnya meriwayatkan ujian terberat yang diberikan Allah SWT kepada Ibrahim: perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail.
Bayangkan gejolak batin seorang ayah yang dihadapkan pada pilihan maha berat ini. Namun, dengan keimanan yang teguh dan ketaatan tanpa syarat, Ibrahim menunjukkan kerelaannya untuk memenuhi perintah Ilahi.
Pada puncaknya, ketika pisau hampir menyentuh leher Ismail, Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba. Peristiwa ini bukan hanya tentang pengorbanan, melainkan simbol totalitas penyerahan diri kepada Sang Pencipta, sebuah manifestasi cinta dan kepercayaan yang tak terbatas.
Dari Syariat ke Tradisi: Evolusi Kurban dalam Berbagai Keyakinan
Sebelum Islam, praktik pengorbanan hewan sejatinya sudah dikenal dalam berbagai peradaban dan keyakinan. Bangsa Mesir Kuno, Yunani, Romawi, bahkan masyarakat pra-Islam di Arabia, seringkali melakukan persembahan hewan kepada dewa-dewa atau sebagai ritual keagamaan. Namun, Islam menyempurnakan dan memberikan makna baru pada praktik ini.
Dalam syariat Islam, kurban menjadi ibadah yang spesifik dengan tujuan yang jelas: mendekatkan diri kepada Allah SWT, meneladani keteladanan Nabi Ibrahim, serta berbagi rezeki dengan sesama, terutama kaum fakir miskin.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hajj ayat 37: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat sampai kepada-Nya.”
Ayat ini menegaskan bahwa esensi kurban bukanlah pada darah atau dagingnya, melainkan pada keikhlasan dan ketakwaan di balik ibadah tersebut.
Kurban Hari Ini: Simbol Solidaritas dan Keikhlasan
Ribuan tahun berlalu, namun semangat kurban tetap relevan dan menginspirasi. Setiap tahun, jutaan umat Islam di seluruh dunia menyisihkan sebagian hartanya untuk berkurban.
Ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebuah pengingat kolektif akan pentingnya keikhlasan, pengorbanan, dan kepedulian sosial.
Daging kurban yang dibagikan kepada mereka yang membutuhkan menjadi jembatan penghubung antara yang mampu dan yang kurang mampu. Momen Iduladha menjadi ajang silaturahmi, penguatan tali persaudaraan, dan penanaman nilai-nilai berbagi.
Lebih dari itu, kurban adalah cerminan ketakwaan, sebuah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perbuatan nyata yang bermanfaat bagi sesama.
Semoga di setiap helaan napas kurban yang terhembus, kita dapat meresapi hikmah abadi yang terkandung di dalamnya, menjadikannya pijakan untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur, ikhlas, dan peduli. Selamat menyambut Idul Adha!