Sebagai upaya untuk menjadikan hari raya sebagai kegembiraan bersama, kita seyogyanya menyambut hari raya dengan mempersiapkan diri kita untuk berbagi dengan yang lain.
Menjelang hari raya, kita persiapkan diri kita untuk membantu sesama, meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan dan menghilangkan kesedihan mereka dengan menyumbangkan sebagian harta kita.
Jika tidak mampu, maka dengan ucapan-ucapan yang indah yang dapat menghibur hati mereka, dengan sapaan dan senyuman tulus kepada mereka serta lantunan doa untuk kebaikan mereka.
Ketika kita berkumpul bersama ayah-ibu kita, bersama anak-anak kita, teman-teman kita dan orang-orang yang kita cintai dalam suasana makan bersama pada momen hari raya, ingatlah bahwa di sana masih banyak anak-anak yatim yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka.
Di sana ada janda-janda yang bekerja membanting tulang mencari nafkah untuk menghidupi anak-anak mereka. Ingatlah bahwa di berbagai tempat banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Di berbagai daerah masih banyak orang yang kesulitan mencari nafkah.
Paling tidak, kita lantunkan doa untuk mereka pada hari yang penuh keberkahan ini. Pada hari yang semestinya semua orang bergembira, mereka menahan kesedihan, merasakan perihnya kehidupan dan menanggung beban hidup yang serba kesulitan. Kita selipkan doa untuk mereka di tengah kegembiraan kita.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh
Kepada mereka yang mengalami masa-masa sulit dalam hidup mereka yang disebabkan berbagai masalah, kita katakan bahwa musibah yang menimpa kalian tidak sebanding dengan apa yang menimpa Nabi Ibrâhîm dan Nabi Ismâ’îl beserta keluarga mereka.
Hadirin rahimakumullâh Dalam penantian yang sangat lama hingga mencapai puncak usia 86 tahun, Nabi Ibrâhîm baru dikaruniai seorang anak yang kemudian diberi nama Ismâ’îl. Setelah belahan jiwanya itu tumbuh dewasa menjadi seorang remaja, Allâh memerintahkan kepada Baginda Nabi Ibrâhîm agar menyembelih putra yang sangat dicintai dan dinanti-nanti itu.
Apa sikap Nabi Ibrâhîm dan Nabi Ismâ’îl menerima perintah itu?
Dengan ketundukan yang total kepada Allâh, Nabi Ibrâhîm bersegera menjalankan perintah itu tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun. Subhâna Allâh! Sebuah potret keluarga shalih yang lebih mengutamakan perintah Allâh dibandingkan dengan apa pun selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allâh.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..