Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam adalah orang yang sangat memuliakan tetangganya dan sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga keharmonisan hubungan antar tetangga.
Saking pentingnya hubungan kita dengan tetangga-tetangga kita, malaikat Jibril pernah mewasiatkan Nabi perihal hubungan antar tetangga, hingga Nabi mengira jika tetangga pun mendapatkan hak waris kita sebagaimana saudara-saudara kita, karena saking dekatnya tetangga dengan kita.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam yang terdapat di dalam Shahīh al-Bukhārī:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. رواه البخاري
Artinya: “Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Jibril terus mewasiatkanku perihal tetangga. Hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris”. (H.R. Al-Bukhari)
Jamaah shalat Jumat yang diberkahi Allah subhânahu wa ta’âla
Islam melarang umatnya untuk berbuat jahat kepada tetangga. Jangankan kejahatan, mengganggu kenyamanan tetangga saja maka hal itu merupakan tanda iman belum sempurna. Selain itu, membiarkan tetangga kelaparan pun merupakan tanda iman yang tidak sempurna.
Mengenai hal-hal tadi, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بوَائِقَهُ. رواه البخاري
Artinya: “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah saw. ditanya “Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.” (Hadis riwayat Al-Bukhari)
Tidak hanya berkurangnya iman, bahkan orang yang menyakiti tetangganya dapat masuk neraka dan sebaliknya, ada surga bagi yang berbuat baik kepada tetangga.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ وَفِي لِسَانُهَا شَيْءٌ يُؤْذِي جِيرَانَهَا سَلِيطَةٌ قَالَ: لاَ خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ وَقِيلَ لَهُ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ وَلَيْسَ لَهَا شَيْءٌ غَيْرُهُ وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا قَالَ: هِيَ فِي الْجَنَّةِ. رواه الحاكم
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhâ ia berkata, “Dikatakan kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, Fulanah selalu shalat malam dan puasa di siang harinya. akan tetapi, ia sering mencela tetangganya.” Rasulullah saw. bersabda, “Ia tidak baik, ia masuk neraka.” Disebutkan kepada Rasulullah saw. bahwa fulanah hanya melaksanakan shalat wajib, puasa Ramadhan, dan bersedekah hanya secuil keju. Akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ia masuk surga.” (H.R. Al-Hakim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Dari ayat dan hadits-hadits yang telah disebutkan tadi, penting sekali kita membangun hubungan yang baik dengan tetangga kita. Lantas bagaimana cara kita bergaul dengan etika yang baik dengan tetangga kita? Imam al-Ghazali menyebutkan beberapa adab bertetangga dalam risalahnya yang berjudul al-Adāb fī al- Dîn, yaitu:
ابتداؤه بالسلام، ولا يطيل معه الكلام، ولا يكثر عليه السؤال، ويعوده في مرضه، ويعزيه في مصيبته، ويهنيه في فرحه، ويتلطف لولده وعبده في الكلام، ويصفح عن زلته، ومعاتبته برفق عند هفوته، ويغض عن حرمته، ويعينه عند صرخته، ولا يديم النظر إلى خادمته
Artinya: “Mendahului untuk mengucapkan salam, tidak lama-lama dalam berbicara, tidak banyak tanya, menjenguk mereka ketika sakit, bela sungkawa apabila mereka tertimpa musibah, ikut bergembira atas kegembiraan tetangga, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kekhilafannya, menegur secara halus ketika mereka berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya, memberikan pertolongan ketika diperlukan dan tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.”
Jamaah salat Jumat yang diberkahi Allah subhânahu wa ta’âla
Baca halaman berikutnya..