Lalu datanglah awal kematian yang sangat dahsyat, yakni sakaratul maut! Saat-saat kritis nyawa akan tercabut yang patut kita renungkan sebagai introspeksi diri.
وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.” (QS. Qāf: 19)
Imam ath-Thabari berkata,
“Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya.”
Ada yang berpendapat al-Haq adalah hakikat keimanan, sehingga maknanya menjadi telah tiba sakratulmaut dengan wujud kematian.” (Jami’u al-Bayan Fi Tafsiri al-Quran, ath-Thabari, 26/100–101)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Ketika sakaratul maut berlalu, kemudian mayit dibawa ke pemakaman. Marikita merenung sejenak. Siapa kawan kita di alam kubur?
Barangkali kita memiliki teman di akun WhatsApp lima ratus pertemanan. Kawan di kontak hape seribu orang. Kawan di kampung seratus orang. Kawan di masa sulit satu atau dua orang, lalu berapa kawan yang mengiringi jenazah kita? Mungkin hanya keluarga dan tetangga kita saja.
Selanjutnya berapa teman di alam kubur? Tidak ada! Hanya kita sendirian. Kawan kita adalah amal saleh kita sendiri.
Sungguh Allah telah berfirman
,فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
“Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. An-Nahl: 61)
Maka yang bisa kita lakukan hanya mempersiapkan bekal yang akan kita bawa untuk menghadapi kematian dan alam setelahnya.
Saudaraku sekalian, kematian itu pasti menghampiri. Terkadang dengan mengingat kematian, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Mari renungkan kembali. Kesempatan hidup hanya sekali. Mari. Mari pergunakan kesempatan ini untuk ibadah dan melakukan aktivitas yang berfaedah.
Apabila tiba saatnya kematian datang, tak ada kesempatan lagi untuk kembali ke dunia untuk mengulang kehidupan. Yang tersisa tinggallah penyesalan, bagi mereka yang miskin perbekalan.
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Kematian itu pasti datang. Tanpa perbekalan iman, takwa, dan amal saleh yang cukup, kondisi kita setelah kematian akan penuh dengan penyesalan. Penyesalan yang tak akan pernah kita temukan ujung akhirnya.
Bukankah Allah sudah sudah memberikan peringatan kepada kita. Allah telah memberikan potret penyesalan di akhirat melalui firman-firman-Nya.
Mari renungi kondisi penyesalan setelah kematian berikut ini.
Pertama: Penyesalan Orang Kafir Kenapa Dahulu Tidak Menjadi Muslim
Di akhirat kelak, orang-orang yang selama di dunai ia kafir, maka ia akan menyesal sejadi-jadinya. Mereka berandai-andai sekiranya Ketika di dunia mereka menjadi seorang muslim.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ
“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)
Allah subhanahu wata’ala kembali menegaskan,
وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلَى النَّارِ فَقَالُوْا يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’ām: 27)
Maka berbahagialah kita yang telah menjadi seorang muslim. Pegang teguh agama ini sampai maut menjemput kita.
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS. Āli ’Imrān: 19)
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Āli ’Imrān: 85)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Kedua: Penyesalan Orang Kafir Kenapa Dahulu Tidak Menjadi Tanah
Allah subhanahu wata’ala pernah mengabarkan berita ini dalam surat an-Naba’ ayat yang terakhir,
اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا ەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكٰفِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (QS. An-Naba’: 40)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Ketiga: Penyesalan Kenapa Dahulu Tidak Bersedekah
Dalam surah al-Munafiqun ayat kesepuluh Allah memberi perintah kepada kita,
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Rabbku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Keempat: Penyesalan Orang Kafir Kenapa Dahulu Tidak Beramal Saleh
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ (٩٩) لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ (١٠٠)
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun: 99-100)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Baca halaman berikutnya…