Dalam Islam, sikap optimis biasa disebut raja’ (harapan), yakni perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Raja’ termasuk akhlakul karimah yang bermanfaat dalam mempertebal iman, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mendatangkan rahmat-Nya. Raja’ merupakan sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh.
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin juz X halaman 139 menjelaskan:
الرجاء هوارتياح القلب الا نتظار ما هو محبوب عنده
Artinya: Raja’ ialah keinginan hati untuk menunggu apa yang disukai.
Menurut Ibnul Qoyyim dalam Madarijus-Salikin disebutkan, orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja’ tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila ia tidak beramal. Hal ini berdasarkan firman Allah yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS Al-Kahfi: 110).
Dengan demikian, raja’ kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal. Pertama, senantiasa menyaksikan karunia, kenikmatan, dan kebaikan-kebaikan terhadap hamba-Nya. Kedua, jujur dalam mengharap pahala dan kenikmatan ada di sisi Allah. Ketiga, membentengi diri dengan amal salih dan bergegas dalam kebaikan.
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, raja’ (optimis) itu bisa diraih dengan dua hal, yakni mengambil i’tibar (pelajaran) dari setiap kejadian dan mempedomani ayat-ayat al-Qur’an yang dapat membangun optimisme.
Salah satu firman-Nya yang perlu dipedomani adalah:
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Az-Zumar: 53)
Jamaah yang Berbahagia
Di dalam ajaran Islam banyak cara agar kita bisa optimis dalam menjalani kehidupan, khususnya di tengah pandemi ini. Di dalam QS Insyirah (kelapangan), Allah memberikan solusi agar kita terhindar dari sikap putus asa, dan serta-merta memiliki sikap optimis dalam menata kehidupan.
اَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَـكَ صَدۡرَكَۙ 1
Artinya: Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
وَوَضَعۡنَا عَنۡكَ وِزۡرَكَۙ 2
Artinya: dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,
الَّذِىۡۤ اَنۡقَضَ ظَهۡرَكَۙ 3
Artinya: yang memberatkan punggungmu,
وَرَفَعۡنَا لَـكَ ذِكۡرَكَؕ 4
Artinya: dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا 5
Artinya: Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,
اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا ؕ 6
Artinya: Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
فَاِذَا فَرَغۡتَ فَانۡصَبۡۙ 7
Artinya: Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ 8
Artinya: dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
Surat Al-Insyrah ini terdiri dari 8 ayat, termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat adh-Dhuha. Sebutan populer sebagai surat ‘Alam Nasyrah’ diambil dari ayat pertama, yang berarti ‘Bukankah Kami telah melapangkan’. Berkaitan dengan optimisme, Syekh Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya Al-Maraghi mengungkapkan bahwa Surat al-Insyirah berisikan 4 maksud, yaitu: Menguraikan segala kenikmatan yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Janji Allah untuk menghilangkan kesulitan dan cobaan yang dihadapi oleh beliau. Diperintahkan kepada beliau agar tetap tekun dan terus menerus beramal saleh. Pasrah diri semata-mata kepada-Nya dan menghadapkan segala harapan juga hanya kepada-Nya.
Menurut KH M Quraish Shihab, Surat al-Insyirah menegaskan bahwa setelah segala daya dan upaya dilakukan, barulah berserah diri diperlukan. Di sisi lain, usaha saja tidak cukup, melainkan harus dibarengi dengan doa dan harapan (optimis) kepada Allah.
Kedua hal tersebut selalu menghiasi pribadi setiap Muslim, karena betapapun kuatnya, potensi manusia tetaplah terbatas. Hanya harapan tercurah kepada Allah yang dapat menjadikan ia bertahan menghadapi hempasan ombak kehidupan yang terkadang tak mengenal kasih.
Demikian Surat al-Insyirah ini memulai ayat-ayatnya dengan menggambarkan anugerah ketenangan jiwa yang telah diperoleh Nabi Muhammad serta diakhiri dengan petunjuk yang dapat menghantarkan seseorang guna memperoleh ketenangan itu, terutama di tengah badai pandemi ini.
Hadirin yang Dirahmati Allah