Gempar! Ketua Yayasan Ponpes di Sumenep Diringkus Usai Terungkap Dugaan Kejahatan Seksual terhadap Santriwati

Pelaku pencabulan santriwati di Sumenep. Sumber foto: https://www.detik.com/jatim
Pelaku pencabulan santriwati di Sumenep. Sumber foto: https://www.detik.com/jatim

LINTASJATIM.com, Sumenep – Masyarakat Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, dibuat geger setelah terungkapnya kasus dugaan pencabulan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh MS (51), seorang tokoh pendidikan sekaligus pimpinan yayasan pondok pesantren setempat.

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan pesantren dan mencuatkan keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Informasi mengenai perbuatan bejat MS terungkap bukan melalui laporan resmi, melainkan dari ruang percakapan grup WhatsApp. Para santriwati yang diduga menjadi korban mulai berani menceritakan pengalaman mereka satu sama lain, hingga akhirnya terbaca oleh orang tua mereka.

“Awalnya para korban berbagi cerita di grup WhatsApp. Dari situ orang tua mulai tahu dan menanyakan langsung ke anak-anak mereka, lalu para korban mengaku,” ungkap Slamet Riadi, kuasa hukum yang mendampingi para korban, Rabu (11/6/2025).

Riadi menambahkan, sejauh ini sudah ada enam korban yang secara resmi memberikan keterangan ke pihak kepolisian. Dugaan kuat mengarah pada pola pelecehan seksual yang dilakukan pelaku selama bertahun-tahun secara sistematis.

Sementara itu, pihak kepolisian langsung mengambil tindakan setelah menerima laporan dari para orang tua korban. Namun, pelaku sempat melarikan diri keluar kota dan menghindari panggilan aparat.

“Alhamdulillah pelaku berhasil diamankan di Situbondo, rilis menyusul,” ujar AKP Widiarti, Kasi Humas Polres Sumenep.

Penangkapan MS menjadi langkah awal dalam pengungkapan kasus yang telah mencoreng dunia pendidikan agama. Tak hanya publik Sumenep, peristiwa ini juga menyulut perhatian luas dari masyarakat Madura, mengingat status pelaku sebagai figur yang dihormati di lingkungan pesantren.

Sementara itu, pihak pesantren belum memberikan keterangan resmi terkait kasus ini. Aktivitas lembaga pun disebut mulai sepi, dan sejumlah wali santri menarik anak-anak mereka pulang lebih awal untuk menghindari trauma psikologis lebih lanjut.

Pos terkait