LINTASJATIM.com, Kediri – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam beberapa elemen menutut hukum tindakan represif aparat saat mengamankan aksi di DPRD Kediri beberapa waktu lalu. Mereka menggelar aksi damai sekaligus audiensi dengan Polres Kediri Kota.
Koordinator Aksi, Tri (25) mengatakan tindakan-tindakan represifitas atau bahkan brutalitas yang dilakukan oleh aparat perlu dapat dievaluasi. Hari ini mahasiswa melakukan aksi solidaritas kepada korban kebrutalan polisi ketika melangsungkan aksi demokrasi di Gedung DPRD Kota Kediri.
“Untuk korban kekerasan sejauh yang kami datang kemarin sekitar 16 dengan luka berat sampai dibawa ke rumah sakit terdekat itu sekitar 6 sampai 8 orang. Alhamdulillah saat ini kondisi sudah stabil,” ujar Tri kepada awak media di depan halaman Mako Polres Kediri Kota, Selasa (27/08/2024).
Ia mengaku langkah hukum yang akan ditempuh akan berkoordinasi dengan beberapa lembaga bantuan hukum sebenarnya sudah berkonsultasi sebelumnya. Yakni apabila hal-hal yang tidak diinginkan akan siap pasang tubuh untuk menempuh jalur hukum ke Polres Kediri Kota.
Tri enggan berbicara lebih jauh perihal klaim polisi yang terjadi banyak provokasi untuk meluapkan emosi. Termasuk juga tindakan anarkisme tidak dilakukan oleh masa aksi unjuk rasa. Klaim polisi dengan psikologi masa yang melempar batu juta tak dibenarkan.
“Aksi kemarin saya pastikan tidak ada perusakan fasilitas publik, makanya tadi tanya indikator anarkisme apa? Sehingga membenarkan tindakan polisi itu juga tidak direspon,” sesalnya.
Sementara, Kabag Ops Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Polisi Abraham Sisik mengungkapkan agar kedepan juga bisa bersama-sama berbenah. Sehingga dalam penyampaian aspirasi pastikan tidak ada penyusup.
Dirinya mengaku ada sedikit tidak nyaman karena kejadian di DPRD ada sudah yang mengawali melempari batu. Ia mengetahui dari peserta aksi sendiri keluar masuk keluar masuk anggota polisi dilempari.
“Bersyukur saya sebagai pengendali menjaga kestabilan emosi kita laksanakan sesuai dengan SOP yang ada akan bisa melihat ada polwan kita tampilkan agar humanis. Negosiator malah dituju tunjuk tadi marah-marah tetapi kita tetap tabah tetap melayani,” ujar AKBP Abraham.
AKBP Abraham menerangkan lemparan lemparan silih berganti kepada anggota polisi dan dirinya di atas mobil komando masih tenang. Namun, menjelang magrib karena sudah ingin memasuki kantor DPRD sehingga aparat melakukan tindak.
“Kita mohon maaf, kita upaya paksa mendorong mundur, alhamdulillah itu berhasil. Bisa bayangkan kalau 500 mahasiswa masuk ke DPRD bisa menganalisis apa yang terjadi,” tambahnya. (mad)