Rencananya Surabaya PSBB Lagi, Begini Penjelasan Pemprov Jatim

Pemprov Jatim Rencana Adakan PSBB Lagi di Surabaya raya
Pemprov Jatim Rencana Adakan PSBB Lagi di Surabaya raya

LINTASJATIM.com, Surabaya – Kasus positif COVID-19 di Jawa Timur mencapai 14.298 orang. Penambahan pasien terbanyak masih berada di Surabaya Raya, yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Forkopimda Jatim mewacanakan sejumlah hal untuk menekan angka penularan.

Saat rapat analisa dan evaluasi (anev) di Mapolda Jatim, Kapolda Jatim Irjen M Fadil Imran menyebut ada empat point wacana alternatif solusi yang bisa diterapkan di Surabaya Raya.

Bacaan Lainnya

Empat poin tersebut, yakni plan A dilakukan dengan menerapkan pendisiplinan protokol kesehatan penerapan new normal yang berdasarkan epidemiologi peningkatan kesadaran masyarakat.

Untuk plan B dengan meneruskan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sedangkan plan C dengan merumuskan pembatasan berbasis kelurahan atau kecamatan dalam radius 100 hingga 200 meter dari pusat konfirmasi warga yang positif COVID-19.

Sementara untuk plan D yakni menerapkan kembali PSBB di kelurahan atau kecamatan selama 14 hari penuh. Saat dikonfirmasi, Fadil mengatakan wacana tersebut masih belum diputuskan.

“Itu wacana saja, segala sesuatunya kita harus persiapkan. Saya melemparkan model sambil kita melakukan kajian secara scientific berdasarkan data dan masukan dari para pakar. Pakar epidemiologi, pakar ekonomi. Jadi kalau bottom up kan lebih enak,” kata Fadil di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Senin (6/7/2020) malam.

Saat disinggung, kapan plan tersebut akan direalisasikan, Fadil mengatakan hal ini baru sebatas wacana dan akan dipilih yang terbaik. Namun kini pihaknya masih mempersiapkan.

“Ya namanya kan dipersiapkan,” imbuhnya.

Di kesempatan yang sama, Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengatakan anev ini dilakukan sesuai perintah Presiden Joko Widodo yang meminta adanya penurunan kasus COVID-19 di Jatim dalam dua minggu.

“Presiden waktu rawuh beberapa waktu lalu, dari arahan beliau bagaimana antara perlindungan, kesehatan dan ekonomi ini bisa berseiring ada gas dan rem. Nah kapan digas, kapan direm, ini membutuhkan dinamika yang harus dicarikan titik keseimbangan,” ungkap Khofifah.

Selain itu, Khofifah mengatakan langkah ini untuk mencari solusi bagaimana penanganan COVID-19 yang tepat di Jatim, terutama di Surabaya Raya yang kasusnya paling tinggi.

“Namanya equilibrium dinamic. Jadi dinamika itu harus terupdate, real time dan any time. Tidak bisa kita update menunggu beberapa hari atau beberapa minggu. Maka, one gate system itu real time bagaimana evaluasi dan layanan secara kuratif bisa didistribusikan terutama untuk Surabaya Raya,” paparnya.

“Jadi ya harus dilihat secara sistemik, ada proses dinamika dan harus dilakukan proses equilibrium dinamic. Semua bergerak, semua mereport dan kita butuh quick report. Itu pentingnya harus dilakukan quick response,” pungkasnya.

Hadir pula sejumlah pihak dalam anev ini. Yakni Pangdam V/Brawijaya Mayjend TNI Widodo Iryansyah, Bupati Gresik Sambari, hingga Plt Bupati Sidoarjo Nur Achmad. Sedangkan untuk anev bersama Kota Surabaya sudah dilakukan beberapa waktu lalu.

Source: detik.com

Pos terkait