Mahalnya Kesehatan di Negeri Kapitalis

Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih

Oleh
Rut Sri Wahyuningsih*

Ketua IDI Jatim dr Sutrisno mengungkapkan, angka kematian dokter dan tenaga medis di Jawa Timur berada di atas 10 persen (KOMPAS.com, 2/7/2020)

Sutrisno menuturkan, penyebab angka kematian tenaga medis di Jawa Timur, salah satunya karena kasus Covid-19 di Jatim, terutama di Surabaya Raya terus melonjak. Di sisi lain, mutasi virus corona di Jatim dinilai lebih kuat dan ganas.

Sistem rujukan pasien Covid-19 di Jawa Timur belum tertata dengan baik, terutama di Surabaya Raya. IDI Jatim sudah memberikan saran kepada pemerintah di Jatim agar sistem rujukan yang dilakukan selama ini dievaluasi sekaligus meminta insentif untuk tenaga medis segera dicairkan.

Inilah fakta yang terjadi,  Kapitalisasi kesehatan biang keroknya, sebab kesehatan bagi pemerintah bukan kewajiban melainkan manfaat yang mampu mendatangkan keuntungan materi.

Belum lepas dari ingatan, bagaimana gilanya harga masker dan hand sanitizer, melebih harga normalnya ketika sebelum pandemi, alasannya adalah kelangkaan, bahkan kemudian beredar video tv one yang menguak kapitalisasi alat tes Rapid dari harga 70 menjadi 300-2jt.

Tak ada belas kasih, rakyat yang sedang menderita tetap saja dianggap konsumen yang harus membeli produk negara atau swasta. Padahal gaji para penguasa itu diambil dari pajak yang dibayar rakyat tak hanya keringat tapi juga darah.

Kapitalisme menjadikan posisi negara adalah regulator, penetap kebijakan, kebijakan yang mengesahkan pihak ketiga boleh mengambil posisi negara, seperti agen penyalur tenaga kerja. Salah satu doa Rasulullah SAW kepada pemimpin yang menyulitkan rakyatnya:

“Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian ia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia; dan siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia.” (HR Muslim dan Ahmad).

Berdasarkan hadist berikut juga hadist dan Ayat-ayat Alquran yang lainnya maka Islam mengharamkan pemimpin yang justru ketika tampuk kekuasaan ada padanya justru menyulitkan. 

Posisi imam atau pemimpin adalah selain junnah (perisai) juga sebagai Ra’in atau pelayan. Maka tak akan nyenyak tidurnya jika rakyatnya masih berjibaku dengan penderitaan tanpa ikut tangan sang Pemilik kekuasaan.

Seluruh kegiatan Negara dalam Islam dipenuhi oleh Baitulmalal, yang sudah diatur sedemikian rupa pemasukan dan pengeluaran ya oleh syariat, sehingga penjaminan kesehatan bisa maksimal, baik dari sisi pengadakan APD, sarana prasarana kesehatan, obat-obatan maupun tenaga medis yang berkualitas. Wallahu a’ lam bish showab.

Identitas Penulis
*Penulis adalah Anggota Institut Literasi dan Peradaban

_____________________

**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.
 

Pos terkait