Khatmil Qur’an dan Tradisi Amanatan Untuk Mendoakan Ahli Kubur Serta Penggalangan Dana

Oleh
M. Najib Tsauri

Menurut literatur Islam, banyak dijelaskan keutamaan dari khatmil Qur’an, baik keutamaan spiritual maupun material. Salah satu tempat pengijabaan dan penerimaan doa adalah setelah khatmil Qur’an. Dalam hal ini, kegiatan ini biasa dilakukan oleh umat muslim dunia, khususnya warga Dusun Janggan Desa Pomahanjanggan Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur [23/04/2020]. Dimana kegiatan ini dilakukan selama penyambutan bulan Ramadhan, yang tahun ini bertepatan 1441 H. Secara materil, khatmil Qur’an juga dilakukan untuk penggalangan dana, yang oleh warga setempat menyebutnya dengan tradisi Amanatan.

Bacaan Lainnya

Tradisi Amanatan dicetus oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat dahulu kalah, yang kemudian tradisi ini menjadi suatu kebiasaan yang mana menjadi kegiatan rutin diadakan. Di desa-desa lain tidak semua memiliki tradisi ini. Namun, pada dua dekade terakhir tradisi Amanatan ini dikuti oleh desa-desa tetangga, seperti Desa Kepudibener, Dusun Dondoman, Desa Bojoasri dan juga desa-desa lain yang berdekatan dengan Dusun Janggan Lamongan Jawa Timur. Yang kemudian tradisi ini hanya dikenal di kawasan Bengawan Njeruh (anak Bengawan Solo) yang wilayahnya separuh penduduk Kecamatan Turi dan Kecamatan Kalitengah Lamongan yang bermukim di pinggir Bengawan Njeruh.

Bagi warga Dusun Janggan, amanatan sendiri merupakan unsur yang amat vital dan urgen keberadaannya dalam kelangsungan perekonomian warga dalam membangun sosial kemasyarakatan.

Menurut tokoh agama dusun setempat, KH. Saiful Hadi, Hs, Amanatan artinya titipan atau kiriman shodaqah Jariyah yang pahalanya dikirimkan kepada Ahli Kubur berupa harta benda (uang) yang nilainya ditentukan oleh panitia atau pengurus yakni 5000/10.000 per Ahli Kubur. Yang tujuannya untuk memancing kaum muslimin agar tertarik untuk kirim Jariyah yang pahalanya dihadiahkan kepada Ahli Kuburnya.

“Di Bengawan Njeruh, saya menginisiasi sekitar tahun 1990-an yang kalah itu pernah dilakukan oleh Panitia Pembangunan Gedung MWC NU Turi yang menggali dana dengan cara itu (Amanatan).” Terang Saiful saat diwawancarai

“Salah satu yang paling jitu menggali dana yakni dengan tradisi Amanatan. Jadi warga atau kaum muslimin merasa dosa jika tidak kirim Jariyah kepada ahli kuburnya.” Tambah Pendiri Majlis Ta’lim (Ibu-ibu) Bengawan Njeruh yang juga pengurus PCNU Lamongan

Jika menelusuri dari maknanya, Amanatan dari awal kata Amanah yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadī’ah). Dan amanah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadī’ah (titipan), dan al-tsiqah (kepercayaan).

Jika dimaknai secara tradisi, maka amanatan yang dimaksud di sini adalah mengirimkan doa sekaligus mempercayakan, menitipkan atau mengirimkan shadaqah Jariyah dengan sejumlah uang untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian, sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan. Dalam al-Qur’an surat al-Aḥzab [33]: 72 disebutkan;

…. اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung…”

“Menurut tradisi sekarang, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya tahlilan, lebih simpelnya ada tradisi lain yang sudah lama dilakukan warga Dusun Janggan yakni Amanatan. Tradisi ini diadakan setiap Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), penyambutan bulan Ramadhan, Maulid Nabi Muhammad, Nuzulul Qur’an, dan kegiatan-kegiatan lain dalam setahun bisa diadakan beberapa kali, yang tidak lain dalam rangka penggalangan dana umat, khususnya untuk operasional Masjid.” Jelas Kaji Hamlin

Sebagai wujud penghargaan kepada ahli kubur, Amanatan sebagai salah satu tradisi bagi warga NU, khususnya di Bengawan Njeruh, yang sampai sekarang tradisi ini rutin diadakan. Dalam kegiatan amanatan ini, sebelumnya pengurus Masjid menyebarkan surat permohonan yang dilampiri amplop kosong kepada warga. Amplop tersebut sudah dibumbui dengan daftar nama-nama ahli kubur yang nantinya akan ditulis oleh warga yang telah menerima amplop kosong tersebut. Kemudian, amplop yang sudah ditulis itu dikirimkan kembali ke Masjid yang di dalamnya tertera sejumlah uang berapa pun itu jumlahnya.

“Uang yang terkumpul nantinya akan dipakai buat kegiatan-kegiatan yang ada, termasuk sumbangan Covid 19, jika ada kelebihan akan dimasukkan ke kas masjid.” Tambah pengurus Ta’mir Masjid Jami’ Al-Mubarok

Sebelumnya pihak masjid mengundang beberapa santri desa setempat untuk diajak serta dalam khatmil Qur’an. Dalam pembacaan al-Qur’an yang kemudian dibarengi oleh salah satu santri membacakan daftar ahli kubur dari pihak keluarga tertentu untuk dialfatihahi.

Kegiatan ini tetap berlangsung khidmat dengan tetap mengindahkan larangan terkait imbauan pemerintah untuk pencegahan Covid-19 yang salah satunya agar tidak melakukan kegiatan dengan pengarahan massa, maka santri yang didatangkan hanya beberapa orang, baik ta’mir maupun pengurus masjid tetap berada di rumah.

Pos terkait