Hari Anak Nasional: Dengarkan Suara Anak di Tengah Pandemi

Hari Anak Nasional 2020 Lintasjatim.com
Hari Anak Nasional 2020 Lintasjatim.com

Oleh
Lutfi Humaidi*

Hari Anak Nasional (HAN) setiap tahun diperingati pada tanggal 23 Juli. Para pemangku kepentingan perlindungan anak yaitu negara, pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua, diingatkan untuk terus meningkatkan kepedulian dan fokus menyelenggarakan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

Bacaan Lainnya

Pemangku kepentingan perlindungan anak agar memberikan kesempatan kepada anak seluas-luasnya untuk menyuarakan dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan alami selama masa pandemi Covid-19.

Suara anak wajib untuk didengarkan agar dalam mengambil kebijakan terkait dengan pemenuhan kebutuhan dan perlindungan terhadap anak dapat dilakukan dengan tepat.

Negara, pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua wajib melaksanakan empat prinsip perlindungan anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 2.

Empat prinsip tersebut, yaitu non diskriminasi, mementingkan kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup atau kelangsungan hidup dan perkembangan anak serta penghargaan terhadap pendapat anak. Pasal 10 dalam Undang-Undang yang sama menyebutkan: Setiap anak berhak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima dan mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Begitu juga anak penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapatnya tentang apa yang dirasakan dan harapan-harapannya sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 24 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dimana Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.

Di tengah situasi pandemi Covid-19, anak adalah korban yang terdampak dan seringkali suara anak tidak didengar atau terlupakan. Suara anak penting didengar untuk bisa menggali apa yang menjadi kebutuhan mereka.

Adalah sebagai tanggung jawab bersama untuk mengidentifikasi dan memahami kebutuhan, serta masalah mendesak melalui perspektif anak. Nantinya, dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah dan pelaku respon kemanusian dalam penanganan Covid-19 yang lebih sensitif terhadap kebutuhan anak. Pendapat anak harus didengar dan ditindaklanjuti karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda.

Hargai Pendapat Anak

sudahkah kita sebagai orang dewasa (orang tua dan guru) memenuhi hak anak dalam berpendapat? Kita semua menginginkan setiap anak patuh pada orang tua, keluarga dan guru. Namun, seringkali hal itu kita lakukan dengan paksaan, dan jika anak tidak patuh akan diancam dan ditindak dengan kekerasan. Padahal anak memiliki hak untuk berpendapat, mengapa hak tersebut tidak kita diberikan?

Sebagai orang tua, kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim yang sangat menghargai pendapat anaknya, Nabi Ismail. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya.

Sebagaimana diceritakan pada QS Ash- Shaffat ayat 102: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS Ash- Shaffat 37: 102).

Mari kita fokus pada kalimat yang menekankan bahwa penting bagi anak untuk mengekspresikan sekaligus merasa dihargai hasil pemikirannya. Pada kenyataannya, masih banyak orang dewasa yang memiliki pemikiran seperti, “Anak-anak berpendapat? Bukannya mereka masih kecil?”, “Tahu apa mereka (anak-anak)?”.

Pemikiran seperti ini muncul karena kita sebagai orang dewasa menganggap anak belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga merekapun tak mampu mengambil keputusan. Selain itu dilatarbelakangi juga oleh keinginan orangtua untuk melindungi anak dari hal yang merugikan dirinya.

Ciptakan keseimbangan dalam berpendapat antar anggota keluarga. Sebagai orang tua, seringkali kita enggan untuk mendengarkan pendapat anak karena merasa pilihan yang kita berikan adalah yang terbaik. Padahal, yang terbaik untuk kita belum tentu terbaik juga bagi anak kita. Ketika kita mulai menghargai pendapat anak, itu artinya kita tidak harus langsung setuju dengan pendapatnya, tetapi kita bisa mempertimbangkan pendapat mereka jika itu positif.

Ketika anak-anak bebas mengajukan pendapat, mereka akan jadi lebih terbuka kepada kita. Dengan memberikan anak-anak kebebasan berpendapat, maka kita mengajarkan anak untuk jujur dan berterus terang kepada orang tuanya. Sebagai orang tua, tidak perlu khawatir anak membohongi kita.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak tahu bagaimana cara menghargai pendapat anak-anaknya. Kadang-kadang kita masih sering memaksakan kehendak, sementara anak takut untuk berkata jujur meskipun ia kurang setuju. Berikut merupakan tips-tips untuk membantu para pemangku kepentingan perlindungan anak agar lebih mudah menghargai pendapat anak khususnya di masa pandemi Covid-19.

Jadilah Orang Tua dan Guru yang Demokratis

Jadilah orang tua dan guru yang menyenangkan dan selalu mau mendengarkan pendapat anak. Jangan pernah menjadi orang tua dan guru yang diktator, dengan kata lain memaksakan kemauannya sendiri. Sebagai orang tua dan guru, terkadang kita juga bisa melakukan kesalahan.

Di masa pandemi Covid-19 sekarang ini kita semua dituntut untuk dapat menggali apa yang sedang dikeluhkan dan dirasakan anak. Baik dari segi Kesehatan maupun akibat dari penerapan belajar di rumah dan kebijakan social/physical distancing.

Seiring dengan proses penerapan belajar jarak jauh selama terjadi pandemi, maka perlu juga pendapatnya anak dipertimbangkan ketika hendak mengambil keputusan yang terbaik untuk tumbuh kembang anak. Tidak selamanya pendapat orang tua dan guru selalu lebih benar dibanding pendapat anak.

Miliki Lebih Banyak Waktu Keluarga

Memiliki lebih banyak waktu keluarga ini penting untuk saling berbagi dengan anak. Budayakan momen berkumpul bersama keluarga di rumah. Jika dalam kondisi sedang berjauhan dengan anak, lakukan komunikasi secara intensif bersama anak dengan memanfaatkan berbagai media yang ada.

Ajak anak-anak kita untuk saling bercerita bersama. Momen bersama keluarga memungkinkan kita untuk mendengarkan pendapat anak secara intensif. Jika pendapatnya benar, katakan pada anak bahwa pendapatnya benar, tetapi jika pendapatnya salah maka kita bisa memberitahukan di mana letak kesalahannya dan dapat kita arahkan. Cara ini akan memberikan rasa nyaman bagi anak kita untuk berani bicara dalam mengungkapkan perdapatnya atas berbagai hal.

Seperti di masa pandemi Covid-19 ini anak intensitasnya sangat tinggi dalam penggunaan Gawai untuk media belajar Jarak Jauh, namun ada sisi negatif anak akan lebih sering terpapar tontonan negatif kalau tidak ada kontrol, pengawasan dan aturan dalam pemanfaatannya. Di sisi lain orang tua harus sadar bahwa anak membutuhkan fasilitas permainan untuk mengisi waktu istirahat anak.

Di sini orang tua mendapat tantangan bagaimana untuk memfasilitasi anak belajar jarak jauh dapat berjalan dengan baik dan bagaimana setelah belajar dengan berbasis internet anak tidak terus terbawa hanyut dalam berbagai permainan negatif yang ada di internet, dan kuncinya adalah dengarkan suara anak. Mereka membutuhkan permainan dan kita harus mampu mencarikan alternatif permainan lainnya.

Beri Kebebasan Berpendapat

Sebagian ada orang tua dan guru yang tidak ingin pendapatnya ditolak anak. Padahal, anak mungkin hanya ingin mengutarakan pendapatnya karena mereka merasa kurang nyaman dengan keputusan misalnya terkait dalam sistem belajar jarak jauh yang sudah diterapkan selama Covid-19.

Libatkan anak ketika hendak mengambil keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan anak. Mari lebih menghargai pendapat anak, jadilah orang tua dan guru yang menyenangkan bagi mereka agar anak tetap dapat gembira selama di rumah. Selamat Hari Anak Nasional 2020. Anak Terlindungi Indonesia Maju.

Identitas Penulis
*Penulis adalah ASN Kementerian Pertanian dan Asisten KPAI 2010-2017.

_____________________

**Kolom merupakan Rubrik Opini LINTASJATIM.com terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 400 kata dan maksimal 2500 kata. Sertakan riwayat singkat dan foto diri terpisah dari naskah (tidak dimasukan Ms. Word).
**Naskah dikirim ke alamat e-mail: redaksilintasjatim@gmail.com
**Redaksi berhak menyeleksi tulisan serta mempublikasi atau tidak mempublikasi tulisan.

Pos terkait