Gusdurian Nganjuk Gelar Refleksi Hari Lahir Pancasila dengan Doa Bersama Lintas Agama

Komunitas Gusdurian Nganjuk Doa Bersama Lintas Agama [Lintas Jatim]
Komunitas Gusdurian Nganjuk Doa Bersama Lintas Agama [Lintas Jatim]

LINTASJATIM.com, Nganjuk – Gusdurian Nganjuk menggelar refleksi hari pancasila ke-64 dengan cara do’a bersama lintas agama pada Selasa (1/6/2021) setelah Isya hingga pukul 22:30 WIB. Acara di kemas dengan sederhana sambil menikmati nasi pecel khas Nganjuk di taman “Malioboro Van Nganjuk” Jl. Ahmad Yani.

Mokhamad Arif Kordinator Gusdurian Nganjuk SCD mengatakan, acara ini bertujuan untuk meneguhkan kembali Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bacaan Lainnya

“Pada 1 Juni 2021, kita semua memperingati peristiwa bersejarah yang pernah hadir dalam memori kolektif kita sebagai sebuah bangsa yaitu hari lahirnya Pancasila,” ungkap Arif, Selasa (1/6/2021).

Dalam momentum peringatan hari lahirnya Pancasila ini, Gusdurian Nganjuk semua warga untuk merefleksi kembali perjalanan kebangsaan dengan memposisikan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa.

Pancasila sebatas Bersifat Simbolik

Menurut Arif, masih banyaknya warga mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang bersifat simbolik. Pancasila baru sebatas life service di bibir tapi belum menjadi roh dan spirit dalam bertindak dan bersikap.

“Implementasi nilai-nilai Pancasila baru sebatas estalase naratif dan simbolik, belum dalam implementasi nyata dalam tata sikap dan perilaku kita sehari-hari. Banyak orang yang dengan gagah dan membusung dada mengaku seolah-olah paling Pancasilais tapi perilakunya koruptif,” ungkapnya.

“Banyak yang mengaku paling Pancasilais tapi perilakunya tidak adil, rasis, dan diskriminatif. Banyak orang yang mengaku paling Pancasilais tapi perilakunya selalu provokatif dan memecah belah bangsa, dan banyak lagi perilaku negatif lainnya,” tegasnya.

Sila pertama dari Pancasila

Acara yang dihadiri belasan orang itu membahas panjang lebar tentang aplikasi sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam pengamalannya, masih banyak ditemukan beberapa kasus intoleransi dan diskriminasi.

Misalnya saja, di beberapa daerah, umat beragama dalam beribadah masih mendapatkan gangguan dari sesama.
Tempat ibadah mereka disegel pemerintah daerah, warga melakukan diskriminasi terhadap yang berbeda keyakinan, dll. Sehingga hak asasi yang paling asasi itu tidak terpenuhi dengan baik.

Tampak hadir dalam acara tersebut perwakilan tokoh agama, Diantaranya dari Islam, Katolik, Kristen. Juga dari kepercayaan, profesi, serta sobat INTI juga PSMTI. Acara ditutup dengan doa bersama sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

Pos terkait